Senin, 19 Januari 2009

REDUPNYA OLAHRAGA DAYUNG

” KONI DAERAH dan PENGPROP PODSI KALBAR harus peduli dan serius melakukan pembinaan jika ingin Olahraga Dayung kembali berjaya seperti di era 90-an ”


Sungguh memprihatinkan nasib olahraga yang satu ini, kiprahnya mengangkat nama daerah di tingkat nasional maupun Dunia di era 90-an tidak bisa terbantahkan lagi, pencapaian puncak prestasi di era 90-an di Seagame manila tahun 1990, Indonesia tahun 1997 dan Brunai Darussalam tahun 2000 bahkan ke belahan negara Australia merupakan bukti bahwa olahraga yang satu ini cukup menjanjikan sebagai ajang promosi daerah. Namun sangat di sayangkan, olahraga yang pernah berjaya ini mulai kehilangan pamor se-iring di tinggalkan penggemar dan induknya saat ini. Apa sebenarnya yang terjadi dengan olahraga dayung khususnya di kota pontianak dari tahun 1990 hingga sekarang ini dan bagaimana cara untuk mengembalikan kejayaan seperti era 90-an.Berikut hasil wawancara saya dengan pelatih Dayung asal Kota Pontianak M.Zainal.

Pak M.Zainal sebenarnya kapan prestasi tertinggi yang pernah di capai oleh atlet cabang olahraga dayung kita?...

Seingat saya pada tahun 1990-an di Seagame manila 1991, saat itu Atlet kita atas nama Zukifli yang tergabung dengan Tim dayung Indonesia berhasil meraih medali emas di kategori Tradisional Bord Rice. Kemudian di Seagame di Jakarta tahun 1997 atlet kita juga atas nama Hamdani berhasil meraih medali emas di kategori yang sama(Tradisional Bord Rice) dengan sepuluh pendayung. Torehan prestasi atlet dayung kita di tingkat negara-negara asia terus meningkat, tepatnya di seagame 20 Brunai Darussalam pada tahun 2000 saat itu, Tim dayung Indonesia di perkuat salah satu atlet binaan Pengcab PODSI kota pontianak yakni Dida Hamzah dan berhasil meraih medali emas. Selanjutnya Arba’in dan Iswandi yang juga berhasil mempersembahkan prestasi terbaiknya dengan menjuarai Malaysia open. Sedangkan untuk tingkat junior atlet kita Radiansyah pernah dapat emas di kejuaraan dayung Junior Pal sumatera Barat Berlokasi di Danau Ranau dari kategori Kanu 500 meter.

Jika di bandingkan dengan prestasi dayung di era 90-an dengan saat ini terjadi kesenjangan luar biasa, terutama dalam hal prestasi yang jauh menurun, apa sebenarnya yang terjadi dengan pembinaan atlet kita saat ini?...

Saya sependapat dengan anda, prestasi Olahraga Dayung kita memang sedang menurun drastis saat ini jika di bandingkan dengan tahun 1990-an, memang telah terjadi perubahan besar di Cabang olahraga yang satu ini dulunya terang benderang kini redup ibarat pepatah lama mengatakan ”mati segan hidup tak mau” inilah kondisinya, hal ini di sebabkan kurangnya kepedulian dari Pengprop Persatuan Olahraga Dayung Seluruh Indonesia(PODSI) Kalbar melakukan pembinaan terhadap Pengcab-Pengcab termasuk Pengcab PODSI Kota pontianak sendiri. Jika di bandingkan tingkat kepedulianm pengurus terdahulu dimasa ketua umum almarhum Adiyanto Boss Bumi Raya Utama Group(BRU) dengan sekarang jauh berbeda. Dimasa Adiyanto jika atlet mau mengikuti kejuaraan segala biaya selama perjalanan, penginapan hingga makanan sudah tertangani dengan baik, kalau sekarangkan berbeda mau ikut kejuaraan Nasional dayung di Bali saja urusannya berbelit-belit sudah begitu belum tentu jelas jadi tidaknya berangkat. Padahal atlet sudah berlatih keras untuk bisa mengikuti kejuaraan, inikan masalah besar sehingga tidak heran kalau atlet meninggalkan olahraga Dayung ini.

Menurut pak Zainal siapa yang harus bertanggung jawab dengan anjloknya prestasi dayung saat ini?..

Yang jelas adalah pihak-pihak yang di berikan wewenang untuk mengurus olahraga ini, yakni Pengurus cabang dan Pengurus Propinsi Persatuan olahraga Dayung seluruh Indonesia atau Pengprop PODSI Kalbar serta Koni Daerah. Karna ketiga organisasi inilah masa depan olahraga itu di amanahkan. Pengcab PODSI misalnya, sebagai ujung tombak dari pembinaan olahraga Dayung harus memiliki program yang jelas terutama dalam hal penciptaan atlet berbakat serta pembinaan kedepannya, sementara Pengprop PODSI harus mampu menciptakan even atau kejuaraan yang yang sifatnya berkesinambungan sedangkan Koni Daerah harus mampu menyediakan pendanaan pembinaan. Jika ketiga organisasi ini dapat menjalankan fungsinya dengan baik, maka tidak akan ada lagi permasalahan yang seperti saat ini.

Jadi kedepannya, perbaikan seperti apa yang harus di lakukan oleh pengurus organisasi dari cabang olahraga Dayung ini?...

Petama, perbaikan internal organisasi aktifkan PODSI Kalbar yang saat ini keberadaanya antara ada dan tiada, kemudian letakkan tugas dan tanggung jawab itu ketangan pengurus sesuai dengan fungsinya. Artinya pengurus haruslah dari insan olahraga yang mengerti dan peduli dengan olahraga, jika pengurus dari insan olahraga maka ia akan tahu bagaimana menciptakan suatu prestasi, karna prestasi itu tidak gampang di peroleh karna ada beberapa tahapan yang harus di lalui, pertama prestasi dalam latihan ke dua prestasi dalam pembinaan atlet dan yang ketiga adalah motivasi, kalau atlet di berikan motivasi akan menambah semangat atlet untuk terus giat berlatih. ” ini jangankan bonus, penghargaan atau penghormatan terhadap atlet yang pulang membawa medali saja jarang di dapat giaman mau maju. Kedua, sarana dan prasarana latihan yang memadai. Perlu di ketahui sejak berdirinya pengprop PODSI Kalbar atau Pengcab PODSI Kota pontianak sampai saat ini belum mempunyai lokasi latihan yang permanen selain itu, penyediaan sampan atau perahu atlet dan perlu juga di ketahui saat ini perahu atau sampan yang kualitasnya standar nasional yang ada di Pengcab PODSI Kota Pontianak kondisinya sangat meprihatinkan dan sudah tidak layak lagi untuk di gunakan. Dan yang paling penting adalah sokongan Dana yang cukup, Namun yang pasti semua itu bisa di atasi jika semua masyarakat maupun organisasi mau peduli dengan Olahraga dayung.